Saat
itu langit tampak mendung, aku masih di kampus untuk mengerjakan tugas
yang diberikan dosen namun saat aku mengerjakan tugas aku merasa tak
tenang, fikiranku terbayang pada sosok ayah yang sedang sakit di rumah,
setelah tugas selesai aku bergegas untuk pulang namun saat di perjalanan
pulang hujan begitu deras, hatiku semakin tak tenang, aku semakin
khawatir, firasatku tertuju pada ayah.
Sejak
dalam perjalanan pulang aku merasa gelisah, tiba tiba handphoneku
berdering, ternyata kakak menelphoneku dan aku pun mengangkat telphone
dari kakakku, dengan nada sedih dan menangis kakak bertanya kepadaku
“kamu dimana de, cepetan kamu pulang”.
“aku lagi di jalan kak, memang ada apa kak, apa yang terjadi kak?” kakak menjawab sambil menangis
“pokoknya kamu cepetan pulang sekarang”.
“iya kak, sekarang aku lagi dalam perjalanan”
“ya sudah kamu cepetan pulangnya”.
Dan telepon pun aku matikan.
“kamu dimana de, cepetan kamu pulang”.
“aku lagi di jalan kak, memang ada apa kak, apa yang terjadi kak?” kakak menjawab sambil menangis
“pokoknya kamu cepetan pulang sekarang”.
“iya kak, sekarang aku lagi dalam perjalanan”
“ya sudah kamu cepetan pulangnya”.
Dan telepon pun aku matikan.
Dalam
perjalanan kekhawatiranku pada ayah semakin besar, dalam hatiku
bertanya tanya “ada apa dengan ayah, ya tuhan, hatiku tak tenang”.
Setelah
aku sampai di pertigaan jalan, aku berjalan menuju rumah, dari kejauhan
aku melihat bendara kuning depan rumahku dan banyak orang-orang yang
datang ke rumahku. aku semakin khawatir, apakah benar firasatku ini, aku
langsung berlari menuju rumah.
Pada
saat sampai di rumah, seketika aku terdiam dengan melihat ibuku
menangis, kakak menangis dan semua keluargaku menangis, dan tak terasa
air mataku mengalir di pipiku melihat sosok tubuh terbaring dengan wajah
yang sangat pucat, lalu aku menghampiri tubuh yang tak berdaya itu
sambil menangis dan aku berkata “ayah, bangun, ayah bangun, jangan
tinggalin aku ayah, aku masih butuh kasih sayangmu dan selalu
membutuhkan kasih sayangmu, ku mohon jangan tingalkan aku”.
Saat
itu aku menangis sejadi-jadinya dan masih belum meyakini bahwa ayah
telah tiada, dalam benakku mungkin ayah hanya tidur sebentar lalu ayah
akan bangun kembali dan Aku pun menunggu di samping jasad ayah, aku
masih berharap bahwa ayah akan bangun lagi, lalu ibu menghampiriku
dengan memelukku dan berkata “sudah nak, kamu tak perlu menunggu ayah
bangun, ayah sudah tiada dan tidak akan bangun lagi” namun aku mengelak
karena aku masih belum percaya bahwa ayah telah tiada, dan aku pun
menjawab “tidak ibu, ayah hanya tidur sebentar nanti juga bangun lagi”,
dengan air mata yang tak pernah berhenti aku masih belum menerima dengan
kenyataan ini.
Keesokan
harinya, saat pemakaman ayah aku masih belum percaya bahwa ayah telah
kembali ke sisi Tuhan, aku pun menangis kembali saat mengiringi ayah
menuju ke pemakaman, rasanya ini tak mungkin terjadi namun inilah
kenyataan yang harus ku hadapi. Dalam hati kecilku bertanya-tanya “Tuhan
benarkah engkau telah mengambil ayahku dan mengapa engkau mengambil
ayahku, mengapa engkau tidak mengambil nyawaku saja tuhan”.
Setelah
pemakaman ayah selesai, saat itu aku masih berada di pemakaman ayah dan
aku berdoa “ya allah, ku mhon berikanlah tempat terindah untuk ayahku,
ampuni segala dosa ayahku dan sayangi ayah”.
Cerpen Karangan: Ali Yalu
Facebook: Yaluluvie[-at-]rocketmail.com
Facebook: Yaluluvie[-at-]rocketmail.com